Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Menunggu Juni

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu Kepada hujan, barangkali kita memang perlu mengucapkan terima kasih yang dalam. hadirnya telah membuat apa-apa yang tak terungkap tetap rahasia. Karena ternyata, hujan tak hanya menghapus rintik rindu, tapi juga melarutkan kenangan-kenangan. Membawanya pergi entah ke mana, sebab laut tak pernah sanggup jadi muara buat segala. Jadilah kita tetap sendiri-sendiri -aku sendiri, kamu sendiri. Dan tak perlu lagi kita bicara janji. Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Kita pernah melangkah dan berhenti dengan irama yang sama. Kita pernah menatap bulan dari sudut yang sama. Kita jua yang menjadi sebab adanya pemaknaan-pemaknaan positif tentang jarak dan keterpisahan. Kita telah mencipta banyak pembenaran-pembenaran indah, dan itu pertanda kita ragu. tapi hujan menghapus keraguan itu -sayangnya- bersama

Hari Bumi, Ngapain?

Aksi bersih gunung. Itu yang pertama terlintas di pikiran saya ketika diajak untuk nanjak ke Puncak Kayu Satu  oleh kawan-kawan grup FACT alias Female Action Community. Sebenarnya agenda utamanya ya cuma nanjak, gak ngapa-ngapain, sekadar melepas galau (halaah...), karena rupanya pas tanggal 21 April itu, para kartini muda ini lagi mumet mikir nasib diri dan bangsanya. Hahaa... Nah, saya pikir daripada balik dari Puncak kita gak bawa apa-apa selain kenangan, lebih baik kita bawa turun sampah yang ada di sana. Setidaknya sampah itu terlihat lebih nyata. Lagipula momennya juga pas dengan Hari Bumi. Walaupun saya yakin, kita semua gak butuh momen untuk bikin Bumi ini lebih bersih dan nyaman. Selasa sore kami berangkat. Berbekal secukupnya, karena memang kami tidak berniat untuk menginap disana. Anggota berjumlah 7 orang dengan latar belakang yang  berbeda. Ada yang masih sibuk kuliah, sementara susun skripsi, sudah kerja, sok sibuk juga pengangguran. Tapi itulah, walau berbed

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama, da