Langsung ke konten utama

Museum Siwalima

Museum Siwalima terletak di kawasan Taman Makmur, sekitar 5 km dari pusat kota. Aksesnya mudah, cukup dijangkau dengan angkutan umum rute Taman Makmur. Museum ini berada diatas bukit yang menghadap Teluk Ambon dengan pemandangan yang mempesona.

Museum Siwalima terdiri atas dua bangunan yang berjarak cukup jauh, namun masih dalam satu kawasan. Bangunan pertama adalah Museum Budaya, menyimpan segala hal yang berhubungan dengan budaya lokal Maluku. Sedangkan bangunan kedua adalah Museum Kelautan, yang menjelaskan sejarah kelautan masyarakat Maluku dan beberapa benda yang berkaitan dengan kehidupan lautnya.

Untuk pengunjung dewasa, cukup membayar tiket masuk sebesar 3000 (tiga ribu) rupiah dan sudah bisa menikmati keseluruhan koleksi yang tersimpan di dalam kedua bangunan tersebut. Tapi kalau pengunjung ingin memotret atau mendokumentasikan isi museum, maka dikenakan biaya tambahan sebesar 15000 (lima belas ribu) rupiah untuk kamera digital.

Museum Budaya menyajikan beragam sejarah, budaya dan kepercayaan masyarakat Maluku dari masa lampau hingga sekarang. Hal ini bisa dilihat dari beberapa koleksi patung yang digunakan pada upacara adat, perwujudan tokoh juga perlambang kesuburan dan penolak bala. Terdapat pula beragam contoh koleksi jimat, perhiasan, sistem agama, miniatur rumah adat, koleksi mata uang, peralatan pertanian, koleksi tenun khas Maluku, kronologi Perang Pattimura, dan lainnya.

Tak kalah menarik, Museum Kelautan pun menampilkan kekayaan alam bawah laut Maluku, seperti terumbu, karang dan hewan-hewan laut. Terdapat pula miniatur berbagai perahu, cara penangkapan ikan, sistem konservasi tradisional yang disebut Sasi, koleksi kerangka Paus, dan sebagainya. Di luar bangunan, terdapat Patung Pattimura lama yang dulunya terletak didepan kawasan kantor Gubernur Maluku. Namun setelah renovasi, patung lama ini ditempatkan di museum ini dan diganti dengan yang baru.
foto-foto: koleksi Lumix dan Fath

Sebagai satu-satunya tempat penyimpanan koleksi budaya Maluku di kota Ambon , Museum Siwalima masih terbilang sepi pengunjung. Kecuali hari libur, perkiraan pengunjung hanya sekitar 10-20 orang per hari. Selain itu, terlihat masih minimnya informasi mengenai beberapa koleksi yang ada dalam museum ini, sehingga pengunjung akan kebingungan jika tidak menggunakan jasa guide.
***
Tiket Masuk (anak-anak/dewasa/tamu asing):
- Perorangan: Rp. 1500/3000/10000
- Rombongan: Rp. 1000/2500/5000
Dokumentasi video/kamera digital/handphone: Rp. 30000/15000/10000
Jam Kunjung:
- Senin-Jumat: 08.30-16.00
- Sabtu: 09.30-15.00
- Minggu: 11.30-16.00

Komentar

  1. kenapa buayanya gak hidup kayak di film night at the museum ya?
    serunya itu kak.. #ehh hha bcanda :)

    beberapa kali ada teman kantor yang kesana karena tugas. semoga dapat kesempatan yang sama dan bisa sekalian singgah diajakin tour gratis sama kak yuni hha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hha..sempat mikir begitu juga :D

      semoga ya, dengan senang hati saya ajak tour *tapi tolong coret kata 'gratis'-nya :p

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama...

Lantern Festival

kalian pernah nonton film 'Tangled'? pasti tahu kan adegan pas Rapunzel sama Flynn lagi diatas perahu di tengah danau, sementara orang-orang di istana lagi melepaskan ribuan lentera cantik ke atas langit dengan harapan si Putri Rapunzel kembali ke istana. hwaa, sumpah...that's the best scene EVER!! kereen banget >.< pertamanya, gw kira acara 'lepas lentera' kayak gitu cuma ada di kartun doang. ternyata eh ternyata, di dunia nyata ini emang beneran ada lho. bahkan dijadiin festival! *terpukau* ya, namanya Lantern Festival atau yang biasa disebut Festival Lentera. festival ini merupakan acara menerbangkan lentera ke atas langit dengan tujuan mengharapkan hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidup. festival kayak gini digelar di berbagai negara, seperti Cina, Taiwan, Inggris, Thailand, bahkan Indonesia. cuma bentuk kegiatannya aja yang agak beda. kalau di Cina atau Taiwan, festival ini digelar pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tiongk...

Gunung Bulusaraung

“Bukan PENIKMAT, tapi PECINTA alam, karena orang yang CINTA akan menjaga, karena orang  yang CINTA akan melestarikan.” (BS, 5 Juni 2011) Ini kali ketiga saya pergi mendaki. Setelah lembah Ramma dan Bawakaraeng, kali ini giliran Bulusaraung. Jika waktu ke Ramma saya hanya sampai puncak Tallung dan ketika ke Bawakaraeng perjalanan terhenti di pos 7, maka pada ekspedisi kali ini Puncak Bulusaraung benar-benar dapat saya taklukkan. Saya berhasil menjejakkan kaki 1353 meter jauh diatas permukaan laut. Dan yang membuat perjalanan ini menjadi tak terlupakan, karena hari itu bertepatan dengan ulang tahun saya yang ke-23.