Langsung ke konten utama

Berdamai dengan Masa Lalu di Negeri Seribu Benteng


Sabtu lalu (27/09), saya berkesempatan untuk mengunjungi Pameran Nasional yang diadakan Balai Arkeologi Ambon, di Pattimura Park. Mengambil tema "Negeri Seribu Benteng", pameran ini memaparkan tentang keberadaan sebaran benteng-benteng Eropa di Indonesia, khususnya di wilayah Maluku.

Kenyataan sejarah bahwa Maluku adalah ladang rempah seperti cengkih dan pala, sebagai komoditi penting di masa lalu menandakan wilayah ini memang memiliki nilai penting bagi perdagangan dunia saat itu. Dan keberadaan benteng-benteng Eropa merupakan bukti atas dinamika sejarah tersebut.

Selain membahas sebaran benteng di Maluku, pameran ini juga menampilkan keberadaan benteng-benteng peninggalan kolonial di wilayah lain, seperti Jawa, Sulawesi dan Papua. Disertai ulasan yang cukup lengkap tentang latar sejarah, interaksi dengan dunia luar, dan dilengkapi dengan foto dokumentasi dari masa ke masa.

Pameran Nasional "Negeri Seribu Benteng" ini sebagai salah satu wahana untuk memperkenalkan benteng dan warisan sejarah budaya kepada publik, seharusnya dapat menarik minat masyarakat kota untuk mempelajari masa lalu. Namun sayang, kegiatan ini tergolong sepi pengunjung.

Kedepannya, diharapkan kegiatan serupa dapat dilaksanakan kembali serta dilengkapi dengan miniatur atau visualisasi yang lebih menarik, sehingga mampu menumbuhkan semangat dan gagasan dalam mengemas warisan budaya agar memberikan kontribusi positif bagi pembangunan daerah.

Komentar

  1. ide pamerannya unik ya, mba. jadi bisa mempelajari masa lalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bagus buat sarana pembelajaran masyarakat. Makasih sudah berkunjung mba ila :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama, da

Lantern Festival

kalian pernah nonton film 'Tangled'? pasti tahu kan adegan pas Rapunzel sama Flynn lagi diatas perahu di tengah danau, sementara orang-orang di istana lagi melepaskan ribuan lentera cantik ke atas langit dengan harapan si Putri Rapunzel kembali ke istana. hwaa, sumpah...that's the best scene EVER!! kereen banget >.< pertamanya, gw kira acara 'lepas lentera' kayak gitu cuma ada di kartun doang. ternyata eh ternyata, di dunia nyata ini emang beneran ada lho. bahkan dijadiin festival! *terpukau* ya, namanya Lantern Festival atau yang biasa disebut Festival Lentera. festival ini merupakan acara menerbangkan lentera ke atas langit dengan tujuan mengharapkan hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidup. festival kayak gini digelar di berbagai negara, seperti Cina, Taiwan, Inggris, Thailand, bahkan Indonesia. cuma bentuk kegiatannya aja yang agak beda. kalau di Cina atau Taiwan, festival ini digelar pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tiongk

Gunung Bulusaraung

“Bukan PENIKMAT, tapi PECINTA alam, karena orang yang CINTA akan menjaga, karena orang  yang CINTA akan melestarikan.” (BS, 5 Juni 2011) Ini kali ketiga saya pergi mendaki. Setelah lembah Ramma dan Bawakaraeng, kali ini giliran Bulusaraung. Jika waktu ke Ramma saya hanya sampai puncak Tallung dan ketika ke Bawakaraeng perjalanan terhenti di pos 7, maka pada ekspedisi kali ini Puncak Bulusaraung benar-benar dapat saya taklukkan. Saya berhasil menjejakkan kaki 1353 meter jauh diatas permukaan laut. Dan yang membuat perjalanan ini menjadi tak terlupakan, karena hari itu bertepatan dengan ulang tahun saya yang ke-23.