Langsung ke konten utama

Lapak Baca Semesta


Gimana ceritanya?
Dipelopori oleh enam makhluk perempuan yang doyan baca, ditambah susah banget nyari komunitas baca di Ambon, maka muncullah ide untuk membuat Lapak Baca Semesta ini. Tapi tentu saja gak serta-merta langsung "criiing...jadi!". Kalo gak salah, sekira 2 bulan lah untuk mempersiapkan ini-itunya.

Tujuannya apa?
Supaya bisa menumbuhkan minat baca yang mulai hilang di kalangan anak mu. Soalnya kami lihat, minat baca di kalangan anak muda masih kurang banget. Lagian di lapak ini kita bakal baca bareng, jadi terkondisikan deh.

Trus bukunya dari mana?
Buku-buku di lapak ini berasal dari koleksi pribadi kami sendiri. Kebanyakan novel dan fiksi sih. Tapi ada juga buku motivasi, walaupun gak banyak. Kami juga gak menutup diri kalau misalnya ada yang mau menyumbangkan buku-bukunya untuk lapak ini.

Kegiatannya kapan? Dimana?
Untuk sementara, Lapak Baca Semesta cuma sekali sebulan dulu, dengan durasi sekitar 2 jam. Tempatnya di Pattimura Park. Belum bisa buka lapak di sekolah atau kampus. Mengenai info tanggal dan lain sebagainya, bisa lihat di fanspage FB kami Sahabat Semesta atau follow twitter @sahabat_semesta.

Harapan kedepannya gimana?
Kami berharap akan banyak volunteer yang mau berpartisipasi dalam Lapak Baca Semesta ini, sehingga koleksi buku kami bertambah dan variatif. Nantinya kami juga mencitakan untuk memiliki tempat yang permanen semacam rumah baca. Tapi yang paling penting, semoga Lapak Baca Semesta bisa jadi sarana positif untuk mengembangkan potensi yang kami miliki.

Join with us! ;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama...

Gunung Bulusaraung

“Bukan PENIKMAT, tapi PECINTA alam, karena orang yang CINTA akan menjaga, karena orang  yang CINTA akan melestarikan.” (BS, 5 Juni 2011) Ini kali ketiga saya pergi mendaki. Setelah lembah Ramma dan Bawakaraeng, kali ini giliran Bulusaraung. Jika waktu ke Ramma saya hanya sampai puncak Tallung dan ketika ke Bawakaraeng perjalanan terhenti di pos 7, maka pada ekspedisi kali ini Puncak Bulusaraung benar-benar dapat saya taklukkan. Saya berhasil menjejakkan kaki 1353 meter jauh diatas permukaan laut. Dan yang membuat perjalanan ini menjadi tak terlupakan, karena hari itu bertepatan dengan ulang tahun saya yang ke-23.

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***