Langsung ke konten utama

#DIYproject: Replica of D90


Beberapa hari lalu, saya iseng googling tentang kamera kertas. Ceritanya lagi pengen bikin #DIYproject gitu. Lalu terdamparlah saya di sini. Keren! Jadi pengen bikin juga.

Keesokan paginya, saya mulai sibuk nyari kardus bekas yang agak tebal. Alhamdulillah, dikasih gratis sama penjaga toko di depan kompleks. Kamera yang saya mau coba bikin replikanya adalah Nikon D90 punya teman.

Bimsalabim jadi apa, prok prok prok!
Alat yang dipakai untuk project ini sih standar aja: gunting, lem dan cutter. Selain itu, juga harus punya stok kesabaran dan ketelitian yang lebih, karena ada beberapa bagian yang lumayan bikin "mikir".

Dan setelah mendekam dalam kamar sambil menahan lapar, akhirnya jadi juga deh. Voila!





~ Bunch of thanks, to you and Fath :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama...

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***

Jangan Gugur

Pagi terakhir di bulan kesepuluh. Bagaimana hari-harimu, Mathar? Ah, bulan yang melelahkan ya. Mari duduk sini, akan kukisahkan padamu sebuah cerita. ** Adalah Syaikh Abdullah Azzam -seorang ulama dan mujahid- pernah mengajarkan simulasi yang menghentak kesadaran murid-muridnya tentang arti mastatho'tum ,  yaitu berusaha sekuat tenaga sampai titik maksimalnya. Demi hal tersebut, beliau kemudian mengajak murid-muridnya untuk berlari mengelilingi lapangan. Mulailah Syaikh berlari diikuti murid-muridnya. Satu putaran, dua putaran, tiga putaran, semuanya masih bertahan. Putaran-putaran berikutnya beberapa mulai menyerah, meminta izin untuk istirahat. Namun Syaikh terus berlari, meski beliau pun merasakan lelah mendera tubuhnya. Setelah cukup lama, semua murid menyerah. Tidak ada lagi yang berlari, kecuali Syaikh. Ya, beliau terus berlari dalam kepayahan, hingga tiba-tiba beliau jatuh tersungkur dan pingsan. Murid-muridnya menggotong dan berusaha menyadarkan beliau. Setel...