Langsung ke konten utama

Yang Menggetarkan dan Selalu Terkenang


Masih kuingat jelas, hari ketika hujan deras membasahi bumi-Mu dan dinginnya angin memeluk malam itu hingga tanah mencair dalam beku. Butirannya membasahi tubuh dan mendinginkan kelu, ia bukan hanya menggetarkan tapi juga membuat siapa pun yang beradu dengannya akan merasa kalah karena tak berdaya. Di malam itu aku belajar, bahwa BELUMLAH APA-APA yang sudah kulakukan. BELUMLAH SEBERAPA, langkah yang terlanjur kutapaki. Engkau memberiku satu titik kontemplasi yang maha dahsyat, menyengat, sampai-sampai aku tertatih-tatih di bawah pohon-pohon yang rindangnya mulai habis setelah musim gugur mulai berdatangan. Di masa itu, aku BELAJAR, banyak sekali BELAJAR. Tentang yang namanya IDEALISME, tentang IKHLAS, tentang HARAPAN, juga tentang DO’A-DO’A panjang yang sering lalai untuk kuucapkan. Di masa itu kutanamkan dalam jiwa, bahwa masih banyak PR yang harus terselesaikan, masih banyak cerita yang belum sempat kusempurnakan dan kuakhiri dengan indah. Di masa itu, Engkau bukan hanya memberiku satu momen yang paling berharga, namun juga memberiku cahaya kelapangan untuk berpikir secara jernih. Di masa itu, setidaknya aku menafsirkan kuasa-Mu yang jatuh melimpah dan mengairi gersangnya hati para penghamba.
Masih akan ada, cerita-cerita yang lebih melelahkan yang akan tercipta, karena ia adalah bentuk cinta-Mu pada sang perindu syurga. Seperti dalam sebuah Hadits yang di riwayatkan oleh Tirmidzi “… Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Allah mengujinya. Maka barangsiapa Ridha dengan ujian Allah, baginya Ridha dari Allah..” Sungguh, bukan hanya sekedar pesan cinta, namun juga ujian bagi mereka yang benar-benar ridha(rela) dengan ketentuan-Mu, atau juga ia bisa menjadi azab sebagai penggugur dosa-dosamu. Begitulah Allah, selalu bersahaja setiap pesan bijak yang ia titipkan dalam episode hidup kita. Kadang kita merasa kalah karena tak mampu melangkah, tapi, Allah lebih sering memberi kita harap untuk tak kenal lelah berusaha. Karena limpahan kasih dan rahmat-Nya memang tak berbilang, tak terdefenisi.

Dan di detik ini, aku bergetar kembali ya Rabb.. Setelah semalam kusalin dalam-dalam kisah perjalanan panjang para pejuang di bumi Palestina, kuredam diam-diam perasaan sedihku yang membuncah atas kerja-kerjaku yang tak seberapa, kupeluk erat-erat semua keresahan yang tiba-tiba hadir menggetarkan tubuh karena langkah-langkahku yang tak seindah senja. Semuanya benar-benar membangunkanku dari buaian dan kekotoran hati akan amal-amal yang belumlah seberapa. Merindui Abu Bakar, menangisi Umar bin Khathab, mencintai sosok mulia Salman Al Farisi, mencemburui kepandaian sang penghulu ilmu ALi Bin Abi Thalib, hingga menyesaki diri dengan sejuta pesona milik Ali Zainal Abidin Ibn Husain. Allahu… Mungkinkah kami, yang tak punya kontribusi dan kerja-kerja nyata ini bertemu dengan mereka ? Merasakan manisnya duduk bersama majelis Abu Bakar yang penuh kesederhanaan namun mulia, juga merambatkan getaran-getaran keberanian Umar bin Khathab yang mampu membuat takut kaum kafir hingga syetan durjana, ataukah, mampukah kami tak pernah habis kobaran-kobaran idealisme-nya seperti kuatnya karakter pemuda shalih Ali bin Abi Thalib ? Allahu.. kalaupun syurga dan derajat syuhada itu begitu jauh dengan kami. Maka berikan kami KESEMPATAN dan WAKTU untuk BELAJAR. Belajar untuk menaklukkan dunia dan mendahulukan kepentingan akhirat kami, belajar untuk memuliakan-Mu melebih semua penghuni makhluk di bumi, hingga belajar bagaimana menjadi insan-insan tangguh yang selalu berorientasi kepada penghambaan yang kokoh untuk-Mu.

Bayang-bayang sirah mereka masih tergambar jelas. Seperti senggukan Umar karena berselisih paham dengan Abu Bakar, seperti kuatnya karakter hati Salman Al Farisi atas Abu Darda, juga kesibukan hari Ali Zainal yang malamnya di isi dengan memanggul makanan bagi orang-orang papa. Bayang-bayang mereka mengganggu dan mengusik imaji-ku siang ini. Untuk mereka ya Rabb.. Kutitip berjuta rindu tak terkira.. Kukirim salam cinta terindah.. Kalaupun kami tak layak bersama mereka, izinkanlah kami terus mencintai mereka, meneladani mereka, hingga menjadikan jiwa-jiwa kami penuh dengan kobaran semangat mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama, da

Lantern Festival

kalian pernah nonton film 'Tangled'? pasti tahu kan adegan pas Rapunzel sama Flynn lagi diatas perahu di tengah danau, sementara orang-orang di istana lagi melepaskan ribuan lentera cantik ke atas langit dengan harapan si Putri Rapunzel kembali ke istana. hwaa, sumpah...that's the best scene EVER!! kereen banget >.< pertamanya, gw kira acara 'lepas lentera' kayak gitu cuma ada di kartun doang. ternyata eh ternyata, di dunia nyata ini emang beneran ada lho. bahkan dijadiin festival! *terpukau* ya, namanya Lantern Festival atau yang biasa disebut Festival Lentera. festival ini merupakan acara menerbangkan lentera ke atas langit dengan tujuan mengharapkan hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidup. festival kayak gini digelar di berbagai negara, seperti Cina, Taiwan, Inggris, Thailand, bahkan Indonesia. cuma bentuk kegiatannya aja yang agak beda. kalau di Cina atau Taiwan, festival ini digelar pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tiongk

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***