Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

Monolog

Ada rindu yang terlalu, yang bahkan tak mampu dirapal dalam doa. Takut dosa. Semacam rasa yang mereka bilang tak boleh ada. Tapi apalah, ia sudah terlanjur ada. Ada kata yang hanya bisa dibaca lewat tatap. Terlalu gagap. Seakan ingin erat mendekap. Tapi lagi-lagi, menunggu waktu yang tepat untuk diungkap. Sudahlah. Biarkan.

Outta Here

Dia mendewasakan kita dengan masalah, membijaksanakan kita dengan ujian. Dan Dia tahu, hanya KITA yang bisa menjalani naskah kehidupan macam ini. Bukan orang lain. Bukan mereka. [@csdaties]

Sketching

Saya penikmat gambar. Dan belakangan ini saya mulai belajar menggambar. Saking niatnya, saya bahkan membeli buku khusus untuk melampiaskan hasrat terpendam ini. Dimulai dari sekadar sketsa iseng, sampai mengikut hasil gambar orang. Bukan bermaksud plagiat tentu saja, ini hanya sebagai proses belajar. belajar dari gambar orang lain Suatu ketika, saya pernah ' nyasar ' di situsnya Indonesia's Sketchers  dan dibuat kagum pada hasil karya mereka. Dulu sewaktu di Makassar, saya memang pernah mendengar nama komunitas ini. Namun belum berkesempatan untuk mengenal lebih dalam, saya harus pindah ke Ambon. Saya perhatikan objek sketsa mereka kebanyakan adalah jalanan, bangunan dan kehidupan masyarakat kota. Saya pun mulai mencari tahu apakah ada komunitas serupa di kota ini, tapi ternyata nihil. Akhirnya saya nekat belajar sendiri. Lewat Youtube, saya melihat beberapa video cara membuat urban sketch . Dan kemarin adalah pertama kali saya mencobanya di salah satu landmark

Museum Siwalima

Museum Siwalima terletak di kawasan Taman Makmur, sekitar 5 km dari pusat kota. Aksesnya mudah, cukup dijangkau dengan angkutan umum rute Taman Makmur. Museum ini berada diatas bukit yang menghadap Teluk Ambon dengan pemandangan yang mempesona. Museum Siwalima terdiri atas dua bangunan yang berjarak cukup jauh, namun masih dalam satu kawasan. Bangunan pertama adalah Museum Budaya, menyimpan segala hal yang berhubungan dengan budaya lokal Maluku. Sedangkan bangunan kedua adalah Museum Kelautan, yang menjelaskan sejarah kelautan masyarakat Maluku dan beberapa benda yang berkaitan dengan kehidupan lautnya. Untuk pengunjung dewasa, cukup membayar tiket masuk sebesar 3000 (tiga ribu) rupiah dan sudah bisa menikmati keseluruhan koleksi yang tersimpan di dalam kedua bangunan tersebut. Tapi kalau pengunjung ingin memotret atau mendokumentasikan isi museum, maka dikenakan biaya tambahan sebesar 15000 (lima belas ribu) rupiah untuk kamera digital. Museum Budaya menyajikan beragam se