Langsung ke konten utama

Puisi untuk Azalea

Azalea, jika aku datang padamu hanya sebagai bait-bait kata dalam surat yang gelisah dan membosankan, yang membuatmu terpaksa harus mengenang lagi masa lalu cinta kita yang indah, dan kepergianku yang menyisakan lubang nyeri di hatimu, maafkan aku- sebab sejauh itulah keberanianku.

Tak perlu kau mengubah apapun lagi tentang perasaanmu. Biarlah semuanya berjalan, tanpa rekayasa. Di depan, kita akan dialirkan oleh serangkaian peristiwa kebetulan.

Maafkan aku yang telah menyalakan kembali cahaya lampau, hingga laron-laron menyebalkan datang mengusik ketenanganmu. Aku hanya ingin bercerita, Azalea, seperti biasa. Melunasi hutangku pada waktu, mengubah senja menjadi lebih lapang.

Azalea, jika aku datang padamu sebagai angin, menceritakan perjalanan panjang mengarungi musim, aku hanyalah angin yang datang dan akan kembali pergi. Seperti gerimis yang sebentar, menyapamu dari jendela kaca, bercerita tentang labirin kenangan, lalu aku akan kembali menghapus jejak pulang, menyamarkan alamat-alamat dalam surat.

Azalea, jika suatu saat aku datang lagi, aku berjanji akan menjadi orang lain yang bersembunyi mengakrabi alis matamu, dari jauh menikmati sepasang matamu menjelma dua hulu sungai di hatiku.

Azalea, aku masih mengenang senyummu melalui gambar gadis manis yang tersenyum, dalam kalender di kamar tidurku, itu cukup. Sebab sebatas itulah keberanianku.

Azalea, aku menyesal dan minta maaf. Sebab kepergian, lambaian tangan atau salam perpisahan memang selalu seperti tak punya perasaan. Apalagi bagiku, yang melakukannya tanpa pesan.

Lalu waktu, semua akan berlalu. Yang tersisa tinggal kenangan.

Setidaknya, aku masih memiliki dua hal: perjalanan dan kenangan. Itu cukup, Azalea, melebihi apapun.

(sumber: disini)

>> untuk seseorang yang (mungkin saja) membacanya.

Komentar

  1. sangat menyukai paragraf ketiga.. :)

    BalasHapus
  2. serius,suka banget sama tulisannya ^^

    BalasHapus
  3. aku kenal Azalea...hehe perlukah ku sampaikan..:)

    BalasHapus
  4. hmm aku belum baca bukunya kak,..cuma rahim yang prnah aku baca^^
    nice diksi...

    BalasHapus
  5. pengikut fadhisme tow. sya penikmat aahh.. :)

    BalasHapus
  6. niceeeeeeeee..siapakah seseorang itu yun >????

    BalasHapus
  7. ayye :) kerenm skali kak yunn...
    setiap orang memang punya sisi yang berbeda dari dirinya...

    azaleaa...
    azaleaa...

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. bagus banget, diksinya (selalu) ngena :)

    BalasHapus
  10. terimakasih gan atas infonya
    salam sukses selalu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama...

#DIYproject: Replica of D90

Beberapa hari lalu, saya iseng googling tentang kamera kertas. Ceritanya lagi pengen bikin #DIYproject gitu. Lalu terdamparlah saya di  sini . Keren! Jadi pengen bikin juga. Keesokan paginya, saya mulai sibuk nyari kardus bekas yang agak tebal. Alhamdulillah, dikasih gratis sama penjaga toko di depan kompleks. Kamera yang saya mau coba bikin replikanya adalah Nikon D90 punya teman. Bimsalabim jadi apa, prok prok prok! Alat yang dipakai untuk project ini sih standar aja: gunting, lem dan cutter. Selain itu, juga harus punya stok kesabaran dan ketelitian yang lebih, karena ada beberapa bagian yang lumayan bikin "mikir". Dan setelah mendekam dalam kamar sambil menahan lapar, akhirnya jadi juga deh. Voila! ~ Bunch of thanks, to you and Fath :)

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***