"Sepertinya Rasulullah SAW sudah kembali menemukan kaumnya..."
Ini cerita tentang suasana jiwa, sebuah situasi perasaan yang sedang dilanda ujian cinta dan harta pada sebagian sahabat senior, yaitu sahabat anshar di akhir episode perang Hunain & bani hawazin tahun 8 Hijriah.
Tidak ada ghanimah yang tersisa disisi Rasulullah SAW kecuali semuanya habis dibagikan kepada hampir 2000 para muallaf dari penduduk Makkah yang ikut dalam perang tersebut, yang usia keislamannya baru seumur jagung.
240.000 ekor unta dibagikan kepada mereka semuanya, bahkan Abu sufyan mendapatkan 100 unta,dan ketika dia meminta jatah juga untuk anaknya muawiyyah, maka Nabipun memberikan 100 unta . Semuanya berebut, Sampai-sampai mereka mengerumuni Nabi dan beliau terdesak sampai menyandar diuntanya, dan beliau mengucapkan tidak akan ada yang aku sisakan kecuali akan kuberikan kepada kalian semua.
Mulailah 'penyakit hati' itu datang, pelan, cepat dan berhembus sangat dahsyat menghinggapi relung jiwa sahabat Anshar. Mereka merasa Nabi telah melupakan "jasa" mereka selama ini, sepertinya Nabi telah condong kepada kaumnya Quraisy di Makkah, hingga tak satupun harta ganimah itu dibagikan kepada sahabat Anshar. Tak satupun.
Kasak kusukpun terjadi, para sahabat Ansar berkumpul dikemah mereka, membicarakan pemandangan yang membuat hati mereka teriris sembilu. Kabar itupun sampai ke telinga Rasulullah SAW, dan beliau mendatangi tokoh sahabat Anshar Sa'ad bin Mua'dz. Terjadillah dialog pertanyaan antara beliau dgn Sa'ad.
"Wahai Sa'ad aku mendengar perihal diriku oleh kaummu tentang begini dan begini. Apa betul itu wahai Sa'ad?"
"Betul, Ya Rasulullah."
"Lantas, bagaimana menurut pendapatmu?"
Terdiam Sa'ad dan kembali menjawab,"Aku tidak mungkin menyalahi kaumku,aku sependapat dengan mereka".
Bagi Nabi jawaban Sa'ad sudahlah cukup mewakili yang lain. Betapa sedihnya Nabi mendengar jawaban Sa'ad. Kemudian beliau bersabda,"Wahai Sa'ad setelah sholat Isya kumpulkanlah semua sahabat Anshar di belakang kandang kambing ini".
Wajah mereka semuanya dingin ditambah tiupan angin malam yang menepis tipis wajah dan badan mereka ditengah kegelapan malam. Kemudian nabi muncul ditengah mereka, beliau menatap semua sahabat Anshar yang ada saat itu. Mereka diam seribu bahasa tidak ada yang mau mulai bicara. Kemudian Rasulullah SAW berkata dengan suaranya yang khas:
"Dengarkanlah semua wahai sahabat Anshar, jika kalian bisa mengatakan sekarang kepadaku, maka kalian bisa saja mengatakan seperti ini kepadaku, "wahai Muhammad disaat engkau diusir dari Makkah, kamilah yang menerimamu, disaat engkau diingkari oleh kaummu, maka kamilah yang mengimanimu, disaat engkau dimusuhi kaummu maka kamilah yang menolongmu !"
Subhanallah, Allah Akbar. Betapa beliau memulai dengan bahasa komunikasi yang seolah-olah orang Anshar yang bicara, mulai air mata sahabat Anshar bercucuran.
"Wahai Sahabat Anshar!!! aku telah ridho atas keimanan kalian, aku tidak pernah ragu kepada kalian, apakah kalian rela melihat mereka pulang ke Makkah membawa unta dan harta, padahal dengan harta itu aku ingin menjinakkan mereka, sedangkan kalian pulang ke Madinah membawa Allah dan Rasul-Nya!!"
Suara tangisan semakin keras, sahabat Muhajirin dari kejauhan hanya mendengar seperti suara lebah yang bergemuruh.
"Ya Allah muliakanlah orang Anshar. Sekiranya ada satu golongan yang berjalan melewati sebuah bukit dan satu golongan Anshar melewati bukit yang lain, maka demi Allah, aku akan mengikuti jalannya orang Anshar."
Sa'ad bin Mu'adz menangis air matanya mengalir deras membasahi janggutnya, betapa mereka telah berburuk sangka dengan Rasulullah SAW. Betapa tertipunya mereka dengan harta disaat da'wah sudah memperlihatkan buahnya.
Balikpapan, tempat praktek
gelisah,"karena mungkin senior memiliki penyakit senioritas"
--drg. Sukhri Wahid
"Wahai Sahabat Anshar!!! aku telah ridho atas keimanan kalian, aku tidak pernah ragu kepada kalian, apakah kalian rela melihat mereka pulang ke Makkah membawa unta dan harta, padahal dengan harta itu aku ingin menjinakkan mereka, sedangkan kalian pulang ke Madinah membawa Allah dan Rasul-Nya!!"
BalasHapusIman lebih tinggi dari apa pun..
cerita ini merupakan singgungan keras terhadap kita yang hidup di jaman ini.. Dimana dengan harta, terkadang kita kehilangangan identitas keislaman.. :(
BalasHapusT.T selalunya rindu jika membaca atau mendengar kisah rasululloh
BalasHapusallohumma sholli 'alaa muhammad yaa robbi sholli 'alayhi wassaliim..
Subhanallah...
BalasHapusKita kembali diingatkan dengan kisah yang mengharukan ini ya kak Cahya...
Jadi bahan renungan.
Jazakillah atas postingannya yang sangat menginspirasi kak ^_^
Ada PR spesial nih buat kak yun ^_^
BalasHapus