Saudara itu dekat, saat yang lain jauh...
Aku tidak pernah menyangka kita akan sedekat ini sekarang. Tidak sama sekali. Bahkan ketika awal perjumpaan kita di masjid itu. Kemudian berlanjut dimana-mana. Pinggir pantai, padang ilalang, tepian sungai, tempat makan, layar lebar, hotel mewah, rumah sederhana, tenda pleton, perahu karet, pelataran benteng. Kecuali satu yang entah kapan: puncak gunung.
Saudara itu menguatkan, saat yang lain lemah...
"Bersabarlah dan kuatkan kesabaranmu!" Kata-kata andalan kita. Karena kita sama tahu bahwa apapun yang pernah datang dalam kehidupan dan membuat kita jatuh, Allah hanya akan membersamai orang-orang yang sabar. Bukan orang yang putus asa, atau bahkan lari.
Saudara itu mengingatkan, saat yang lain lupa...
Saat itu menjelang petang. Kau mengingatkanku. Bukan hanya hari itu, tapi juga pada banyak hari sebelum dan sesudahnya. "Untuk kalian yang pergi dengan meninggalkan ruang kosong di hati. Terima kasih. Tanpa sadar, kalian telah mengajari kami tentang ketulusan." Ya, kau mengingatkanku untuk berterima kasih. Pada mereka.
Saudara itu menenangkan, saat yang lain gelisah...
"Semoga semua perasaan baik-baik saja." Walau aku sendiri tak tahu, tapi setidaknya jawaban "Pasti!!!"-mu dulu itu cukup membuatku tenang. Mungkin kau perlu membaca deretan kata-kata ini : "Karena perasaan itu tidak konstan, bahkan batu sekalipun. Waktu akan memaksanya berubah sesuai ruang yang ditempatinya. Dan itu karena satu hal kak, pertemuan." Seorang adik lelaki pernah meyakinkanku begitu, dan kurasa aku sepakat dengannya.
Saudara itu selalu mengharap kebaikan untuk saudaranya yang lain...
Hari miladku, sepenggal doamu tertulis. "Semoga menjadi lebih baik dan tetaplah menjadi cahaya pendar di setiap keberadaanmu." Aku sedang berusaha mewujudkan kalimat doamu itu agar menjadi nyata.
Hari ini, hari miladmu. Banyak harapan yang kuterbangkan ke langit. Semoga kelak surga Allah menjadi milik kita, juga saudara-saudara kita dengan segala kekhasan yang kita punya dan perjuangan yang kita lakukan.
)|(
Sakiya Musta'inah. Gadis suci yang senantiasa meminta pertolongan (pada Allah). Barusan saja aku iseng mencari makna namamu. Entah, apa ini sama dengan maksud pemberian orang tuamu. Semoga saja. Barakallah kakak :)
wah..... ini baru saudara. semoga Tuhan YMK senantiasa memberi saudara dunia akhirat ya kk ^^
BalasHapusSaat itu menjelang petang. Kau mengingatkanku. Bukan hanya hari itu, tapi juga pada banyak hari sebelum dan sesudahnya. "Untuk kalian yang pergi dengan meninggalkan ruang kosong di hati. Terima kasih. Tanpa sadar, kalian telah mengajari kami tentang ketulusan." Ya, kau mengingatkanku untuk berterima kasih. Pada mereka.
BalasHapusSuka deh denganb kata-katanya, nyentuh banget sob, semoga persahabatannya tetap langgeng.
yuuuniiii..merasai saudara itu rasanya seperti sudah kenal bertahun2 lamanya meski pd kenyataannya masi seumur jagung ^^
BalasHapusSaudara adalah sahabat yang Allah kirimkan untukmu. Sahabat yang lebih dari sekedar sahabat.
BalasHapusBarokalloh.. ^_^
mantap mbak :)
BalasHapusIna yang sepatu putih ya? #salah fokus.
BalasHapusSemoga baroqah umurmu Ina. Senantiasa memberi manfaat dalam tiap jengkal langkah yang engkau toreh di bumi ini. Senantiasa olehNYA, dijaga dirimu dan sahabat-sahabatmu.. Pisang Epppeeeee... :D
:')
BalasHapusKayaknya lambang sebelum paragraf terakhir itu nggak asing bagi Zahra deh kak :D
BalasHapusHehe...
Barakallah ya buat kak Sakiya Musta'inah :)
saudara itu yang berani menyalahkan ketika salah dan berani membenarkan jika memang benar..
BalasHapusnice post kaka yun
masyaallah..ur good
BalasHapus