Langsung ke konten utama

: untuk Perempuan Setia

Membersamai Senja (photo by clk7)
Pernahkah kamu bertanya kepada orang tuamu perihal nama yang mereka sematkan atasmu sejak kamu belum mengenal apa-apa di dunia ini? Ah, silahkan kamu bilang aku aneh untuk pertanyaan itu. Namun beginilah, aku memang selalu memikirkan hal-hal remeh semacam nama, yang mungkin bagi sebagian manusia tak begitu penting.

Aku, sejak mengetahui namamu, kerap menduga pribadi seperti apa yang ada dibaliknya. Dan kemarin, aku sudah menemukan jawabannya! Maaf jika ternyata tak sesuai. Namun tepat di depan mata, aku cukup yakin inilah yang orang tuamu harapkan atas anaknya. Menjadi perempuan setia.

Dulu, seorang kakak sekaligus guru, pernah berpesan kepadaku: “pilihlah yang baik, dan setialah bersamanya.” Kalimat yang singkat dan sederhana bukan?! Agaknya aku merasa perlu untuk berpesan hal serupa padamu. Nanti jika kamu punya waktu untuk meresapinya, akan kamu dapati bahwa ternyata maknanya tak sesingkat dan sesederhana itu.

Menjadi setia, tentu bukan pekerjaan mudah. Kita sama-sama tahu itu. Terlebih setia atas pilihan kita sendiri. Perlu banyak pengorbanan, terutama rasa. Karena untuk menjadi setia adalah pekerjaan hati. Sama dengan mencintai. Butuh waktu yang lama, bahkan sepanjang usia hingga nanti orang-orang mengubur kita bersamanya.

Sekarang ini, beberapa hal mungkin terlihat rumit bagimu. Tetap tenang, tetap lapang. Kamu yang sudah memilih mereka untuk masuk memenuhi ruang pikirmu, maka setialah bersamanya. Jika kelak kamu mulai rapuh, coba tanya hatimu sekali lagi, atas alasan apa kamu memilihnya dulu.

Yang aku tahu, kamu tak akan melangkah pergi. Karena kamu, perempuan setia.

Komentar

  1. *dalm beberpa menit mataku mendung hingga gerimis*
    terimaksih karena telah mengingatkan, krena terkadang aku terllu rumit untuk hal-hal yng sedrhana termasuk namaku sendiri. :')
    setia.. agaknya rasa ini harus benar2 aku resapi.
    seklai lgi terimaksh.
    dan seperti namamu: kau selalu (men)cahya(kan),, jdilah seprti itu, selamanya ^_^

    BalasHapus
  2. Salam kenal, Mbak. Izin share tulisannya, boleh?
    Suka dengan topik "setia" soalnya. :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama, da

Lantern Festival

kalian pernah nonton film 'Tangled'? pasti tahu kan adegan pas Rapunzel sama Flynn lagi diatas perahu di tengah danau, sementara orang-orang di istana lagi melepaskan ribuan lentera cantik ke atas langit dengan harapan si Putri Rapunzel kembali ke istana. hwaa, sumpah...that's the best scene EVER!! kereen banget >.< pertamanya, gw kira acara 'lepas lentera' kayak gitu cuma ada di kartun doang. ternyata eh ternyata, di dunia nyata ini emang beneran ada lho. bahkan dijadiin festival! *terpukau* ya, namanya Lantern Festival atau yang biasa disebut Festival Lentera. festival ini merupakan acara menerbangkan lentera ke atas langit dengan tujuan mengharapkan hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidup. festival kayak gini digelar di berbagai negara, seperti Cina, Taiwan, Inggris, Thailand, bahkan Indonesia. cuma bentuk kegiatannya aja yang agak beda. kalau di Cina atau Taiwan, festival ini digelar pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tiongk

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***