Langsung ke konten utama

I'm Not Yet an Engineer


wuaah...tidak terasa kalau saya sudah berstatus mahasiswa teknik selama 5,5 tahun! waktu yang lama, tapi masih masuk kategori standar bagi seorang 'antek' (anak teknik). hehhe..sekali lagi, ini bukan pembelaan tapi kenyataan. buktinya, cuma beberapa teman saja yang bisa selesai 'cepat'. tapi sudahlah, mungkin salahku juga. kurang bagus dalam me-manage waktu, sehingga masa kuliah jadi keteteran gini.

pada kenyataannya, bukannya saya yang mau lama selesai. menurutku, waktu kuliah terlalu sia-sia kalau hanya dihabiskan dengan mengerjakan tugas dan belajar. makanya, sambil kuliah, kita juga belajar hal lain. seperti saya, yang mencoba masuk di komunitas orang banyak. manfaatnya banyak, paling tidak kita bisa belajar memahami karakter orang yang berbeda-beda. hal seperti ini yang tidak akan kita dapatkan kalau hanya berkutat dengan diktat kuliah, tugas yang berlembar-lembar dan layar komputer selama kita kuliah. tapi sekali lagi, ini cuma dari sudut pandangku.

di lain sisi, orang tua dan sanak saudara di kampung halaman selalu menuntut saya untuk cepat selesai. papa pernah menasehati saya untuk mengingat kembali tujuan saya ke kota ini (Makassar). yah, apalagi kalau bukan KULIAH. mama juga berkata begitu dan meminta saya untuk fokus. kakak, adik, dan saudara lainnya juga bilang begitu. kadang mereka meng-sms, hanya untuk bertanya "gimana skripsinya?", "kapan sarjana?" atau "kemarin temanmu wisuda, kamu kapan?". bahkan pada suatu malam, seorang abang saya di Bandung pernah mengingatkan, "kamu itu seperti mujahid yang tidak akan mundur dari medan perang. maka, selesaikan apa yang sudah kamu mulai. ujungnya hanya dua, hidup mulia atau mati syahid." setelah saya pikir-pikir, ada benarnya juga nasihat abang saya itu. 

saya sendiri, sudah punya target khusus tentang hidup saya ini. jika Allah berkehendak, tahun depan titel ST sudah ada di belakang namaku. setelah itu, belajar lagi untuk menambah skill ke-teknik-anku dan mencari beasiswa lanjut S2 keluar negeri. sekali lagi, itu cuma targetku. orang tua sendiri, maunya saya kembali ke kampung halaman dan kerja disana. makanya, nantilah kita lihat bagaimana kelanjutan hidupku ini. coz until now...


.::i'm not yet an engineer::.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama...

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***

Pulau Kodingareng Keke

Bermula dari rasa rindu menatap laut lepas dan galau pengen menginjak pasir pantai, saya nekat merencanakan perjalanan lintas pulau bareng teman-teman. Kali ini cewek semua: kak Pipi, Abel, Awa, Lara, Athifah, Mitha, kak Nunu, Ayi, Nur, Uthy dan saya sendiri. Pokoknya bukan pulau yang jauh, jadi gak perlu menginap. Juga bukan pulau yang rame, biar bebas berekspresi. Dan dari hasil wawancara dan browsing sana-sini, akhirnya pulau Kodingareng Keke-lah yang ditetapkan menjadi destinasi perjalanan 'nekat' ini. Jam tujuh pagi, kami bersebelas janjian ngumpul di dermaga penyeberangan Kayu Bangkoa, sekitar pantai Losari. Untuk bisa sampai kempulau Kodinagreng Keke, kami harus menyewa kapal dari sini. Harga sewa kapal tergantung kesepakatan dengan pemiliknya. Kemampuan harus total kita keluarkan biar bisa dikasih harga murah. Untuk urusan ini, saya serahkan ke kak Pipi dan Mitha. Saya hanya membantu seperlunya. Oke, setelah proses tawar-menawar yang panjang karena pake adegan ...