Langsung ke konten utama

Gunung Bulusaraung


“Bukan PENIKMAT, tapi PECINTA alam,
karena orang yang CINTA akan menjaga,
karena orang yang CINTA akan melestarikan.”
(BS, 5 Juni 2011)


Ini kali ketiga saya pergi mendaki. Setelah lembah Ramma dan Bawakaraeng, kali ini giliran Bulusaraung. Jika waktu ke Ramma saya hanya sampai puncak Tallung dan ketika ke Bawakaraeng perjalanan terhenti di pos 7, maka pada ekspedisi kali ini Puncak Bulusaraung benar-benar dapat saya taklukkan. Saya berhasil menjejakkan kaki 1353 meter jauh diatas permukaan laut. Dan yang membuat perjalanan ini menjadi tak terlupakan, karena hari itu bertepatan dengan ulang tahun saya yang ke-23.


Sabtu, 4 Juni 2011
Rombongan berjumlah 11 orang. Pagi hari kami berangkat dari Makassar memakan waktu sekitar 3 jam dengan berkendara motor. Jalanan yang dilewati sangat menanjak dan penuh tikungan tajam. Kalau dihubungkan dengan mata kuliah saya (Perencanaan Geometrik Jalan), maka jalanan ini sangatlah tidak sesuai dengan perencanaan jalan yang standard. 

Sekitar pukul 11.00, kami tiba di Desa Tompobulu yang merupakan jalur masuk pendakian menuju puncak. Setelah beristirahat sebentar dan melakukan persiapan, pukul 12.30 kami memulai pendakian. Untuk sampai di puncak, ada 9 pos yang harus dilewati. Sebenarnya jarak antar pos tidaklah terlalu jauh, namun medan yang dilewati cukup berat. Sebagian besar jalurnya terjal dengan kemiringan rata-rata 60 derajat. Itulah yang membuat kami (khususnya pemula seperti saya), cukup kelelahan. Beberapa kali kami harus beristirahat mengumpulkan tenaga, untuk kemudian melanjutkan perjalanan. Pukul 15.30 kami tiba di pos 9 dan memutuskan untuk mendirikan tenda disana dan baru akan ke puncak keesokan paginya.


Tujuan utama ekspedisi Bulusaraung ini sebenarnya dalam rangka pendeklarasian Kelompok Pecinta Alam baru di Makassar yang bernama 'Mahawana'. Dan keberadaan saya pada kegiatan ini hanya sebatas tamu, berhubung deklarator Mahawana ini adalah teman saya. Tapi saya senang, karena mendapat pengalaman baru dan berkenalan dengan teman-teman baru.

Saya menyebutnya pengalaman baru, karena baru kali ini saya menghabiskan malam pergantian umur seperti ini. Berada jauh dari rumah, di dalam hutan tanpa jaringan komunikasi, tidur di dalam tenda, ditemani angin gunung yang dingin, di bawah langit yang dipenuhi banyak sekali bintang. Ya, baru kali ini saya melihat bintang sebanyak itu. Sangat indah!

Minggu, 5 Juni 2011    
Setelah shalat subuh, kami mulai berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari pos 9, waktu tempuh hanya sekitar 30 menit dengan jalur pendakian yang lebih terjal dari sebelumnya, hampir 90 derajat. Sepanjang perjalanan menuju puncak, jaringan komunikasi mulai ada. Beberapa pesan singkat berisi ucapan selamat, saya terima. Termasuk telepon dari adik saya, yang menemani perjalanan hingga di puncak. Dan akhirnya, sekitar pukul 6 pagi sampailah kami di Puncak Gunung Bulusaraung dengan ketinggian 1353 mdpl.

Yeaah, we did it!!
I'm so excited ^_^

Pemandangan dari atas sini sungguh sangat menakjubkan. Kami dikelilingi oleh deretan pasak bumi yang begitu indah dan kokoh, angin gunung yang dingin, juga kabut tipis yang bergerak diantara jurang dan lembah, serta cahaya matahari pagi yang berpendar di balik awan. 









Subhanallah! Lalu dengan segala kesempurnaan yang telah ada ini,
maka nikmat Tuhanmu yang manakah lagi yang ingin kau dustakan??
***
Akhir kata, saya ucapkan...
Selamat Ulang Tahun wahai diriku,
Selamat Hari Lingkungan Hidup,
dan
Selamat atas Deklarasi Mahawana Makassar


Komentar

  1. Kau membuatku iri-seirinyaaaaaaaaaaaa........ :((

    Kapan yaaa saya bisa bercinta dengan alam lagiiii

    BalasHapus
  2. wah saya keduluan ama sam ni coment nya..subhanallah bgt indah bisa menikmati pmndangan dari ketinggian...wah yun hebat yah sanggup mendaki..anak mapala ya (mahasiswa pecinta alam) 20 jempol tuk yuni deh ^_^

    BalasHapus
  3. >k'sam: waduuh, maap nih bikin ngiri. sungguh tak bermaksud looh :P
    >k'tia: he eh, aplg anginnya kak. suegeer...rasanya pengen tinggal disitu aj.hehe...aku bukan anak mapala koq, cm seneng aj naik2 gunung gitu. ketagihan :D

    BalasHapus
  4. ckckk....hebat...kapan ke gunung rinjani yun...bagus juga viewnya disini .. ada danau besar di atas gunung...

    BalasHapus
  5. oh ya...selamat ulang tahun...moga selalu diberi umur panjang dan dilimpahan rizki..amiiin...

    BalasHapus
  6. yunii..
    tau tidak, sy juga ingin sekali bisa mnikmati pegunungan kyak gitu, suka iri sm tmn2..
    tapi mau bgmna, sy adlah org yg paling tidak tahan dgn udara dingin, bisa kambuh sesakku..hhaha

    "..ajak sy mendaki lewat tulisanmu.."

    happy milaaaaaaaad dhe'... :)

    BalasHapus
  7. aihh,.. naik gunung lagi. saya belum pernah kemana-mana >,<

    jadi inget beberapa waktu lalu, tepatnya di ulang tahun yang ke 20. salah seorang teman sengaja menyusun kegiatan pendakian, untuk merayakan ulang tahunku. bisa dilihat disini : http://aarmaee.blogspot.com/2010/12/happy-birthday-mae.html

    eniwey,.. slamat ulang tahun ya ukhti,. semoga barokah di sisa umur :)

    BalasHapus
  8. Hiks....saya sungguh terlena di antara bebatuan yang kau tulis...turut tersapu debu yg menggurat sepanjang pendakianmu,,,,dan ikut mencium bau jejak-jejak tanah yang kau pijak...

    Happy milad mbak.,,semoga alam pun mencintaimu..seperti cintamu yang tulus pada mereka...^^

    BalasHapus
  9. >arman: tengkyu kawan
    >mas helmi: oow..rinjani it ud msk listku, tp blm tw kpn bs ksana.hehe....eniwei, makasi doanya :)
    >k'pipi: kak, tw g, 2 org tmnku yg ikut kmrn it 'penderita' jg lho.tp buktinya mereka bs tuh. hehe..ayolah!u can do it..sugestikan BISA! ^^
    >armae: he eh, lagi nih..makasi doanya y :)
    >nick: widiih, bahasanyaaa....suka! makasih ya ^^

    BalasHapus
  10. subhanallah....indah nian panoramanya....selamat harijadi en selamat atas pendeklarasian mahawana-nya, smoga kan menjadi organisani nan penuh manfaat di dua alam...*sambil melirik ke om sherpa makassar....;-)

    BalasHapus
  11. wah, mas farhat kenal om sherpa dimana?
    hmm...curiga mode ON -.-"

    BalasHapus
  12. ya kenal lah sama om sherpa, alhamdulillah.....lewat dunia maya ku tlah dipertemukan-Nya dgn bro en sist di berbagai belahan bumi-Nya.....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama, da

Lantern Festival

kalian pernah nonton film 'Tangled'? pasti tahu kan adegan pas Rapunzel sama Flynn lagi diatas perahu di tengah danau, sementara orang-orang di istana lagi melepaskan ribuan lentera cantik ke atas langit dengan harapan si Putri Rapunzel kembali ke istana. hwaa, sumpah...that's the best scene EVER!! kereen banget >.< pertamanya, gw kira acara 'lepas lentera' kayak gitu cuma ada di kartun doang. ternyata eh ternyata, di dunia nyata ini emang beneran ada lho. bahkan dijadiin festival! *terpukau* ya, namanya Lantern Festival atau yang biasa disebut Festival Lentera. festival ini merupakan acara menerbangkan lentera ke atas langit dengan tujuan mengharapkan hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidup. festival kayak gini digelar di berbagai negara, seperti Cina, Taiwan, Inggris, Thailand, bahkan Indonesia. cuma bentuk kegiatannya aja yang agak beda. kalau di Cina atau Taiwan, festival ini digelar pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tiongk

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***