Langsung ke konten utama

Jangan Gugur


Pagi terakhir di bulan kesepuluh.

Bagaimana hari-harimu, Mathar? Ah, bulan yang melelahkan ya. Mari duduk sini, akan kukisahkan padamu sebuah cerita.
**
Adalah Syaikh Abdullah Azzam -seorang ulama dan mujahid- pernah mengajarkan simulasi yang menghentak kesadaran murid-muridnya tentang arti mastatho'tum,  yaitu berusaha sekuat tenaga sampai titik maksimalnya.

Demi hal tersebut, beliau kemudian mengajak murid-muridnya untuk berlari mengelilingi lapangan. Mulailah Syaikh berlari diikuti murid-muridnya. Satu putaran, dua putaran, tiga putaran, semuanya masih bertahan. Putaran-putaran berikutnya beberapa mulai menyerah, meminta izin untuk istirahat. Namun Syaikh terus berlari, meski beliau pun merasakan lelah mendera tubuhnya. Setelah cukup lama, semua murid menyerah. Tidak ada lagi yang berlari, kecuali Syaikh. Ya, beliau terus berlari dalam kepayahan, hingga tiba-tiba beliau jatuh tersungkur dan pingsan.

Murid-muridnya menggotong dan berusaha menyadarkan beliau. Setelah tersadar, murid-muridnya bertanya, "wahai Syaikh, mengapa engkau melakukan hal tadi?" Sambil tersenyum bijak, beliau berkata, "yang aku lakukan tadi, itulah maksud dari mastataho’tum."
**
Begitulah, Mathar. Seringkali kita memutuskan menyerah dan berhenti berusaha hanya karena sekadar merasa lelah, bukan benar-benar lelah. Padahal ada beda pada keduanya.

Apalagi saat menyadari bahwa kita tertinggal langkah, ah rasa putus asa itu gampang sekali menyergap. Ingin menyusul, tapi seperti tak terkejar. Diam juga hanya akan meninggalkan sesal.

Untuk itu, aku hanya ingin bilang: aku pernah, dan mampu, melewatinya.

Kamu pun.

Komentar

  1. Saya sedang tertinggal langkah nih... tapi rasa-rasanya setiap orang memiliki langkah yang berbeda.. seharusnya perasaan tertinggal itu tak ada..
    *mumet skripsi*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat pitaaa :D

      Anw, yg tahu kita ini tertinggal atau tidak ya memang cuma kita sendiri. Hhee...

      Hapus
    2. Bukan tertinggal.. Namun kesempatan untuk memetik hikmah. Pun pernah saya merasa seperti itu. Tapi, ada hikmah yg terasa, jauh hari, setelah hari ketika saya merasa tertinggal.

      Setiap orang punya pembelajarannya masing-masing. *Kalem..

      Hapus
    3. Yes, you are absolutely right! (y)

      Hapus
  2. Balasan
    1. Teteh Pengeja Langit, itu senyumnya ketinggalan :p

      Hapus
  3. M.A.N.T.A.P

    Aslinya mantap! Hujan-hujan gini, dengerin instrumen blog ini, tulisan ini. Ah, gila! Tulisan ini secara gak langsung nyindir saya.... Haha....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih-lebih ke saya qef, nonjok abis. Hahaaa... Sok lah, ayo terus lariiii :D

      Hapus
  4. Besok, jangan gugur di awal perjalanan ya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga yg saya lakukan kemarin itu termasuk "mastatho’tum" ya... Thanks ary :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama, da

Lantern Festival

kalian pernah nonton film 'Tangled'? pasti tahu kan adegan pas Rapunzel sama Flynn lagi diatas perahu di tengah danau, sementara orang-orang di istana lagi melepaskan ribuan lentera cantik ke atas langit dengan harapan si Putri Rapunzel kembali ke istana. hwaa, sumpah...that's the best scene EVER!! kereen banget >.< pertamanya, gw kira acara 'lepas lentera' kayak gitu cuma ada di kartun doang. ternyata eh ternyata, di dunia nyata ini emang beneran ada lho. bahkan dijadiin festival! *terpukau* ya, namanya Lantern Festival atau yang biasa disebut Festival Lentera. festival ini merupakan acara menerbangkan lentera ke atas langit dengan tujuan mengharapkan hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidup. festival kayak gini digelar di berbagai negara, seperti Cina, Taiwan, Inggris, Thailand, bahkan Indonesia. cuma bentuk kegiatannya aja yang agak beda. kalau di Cina atau Taiwan, festival ini digelar pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tiongk

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***