Bagaimana hari-harimu, Mathar? Ah, bulan yang melelahkan ya. Mari duduk sini, akan kukisahkan padamu sebuah cerita.
**
Adalah Syaikh Abdullah Azzam -seorang ulama dan mujahid- pernah mengajarkan simulasi yang menghentak kesadaran murid-muridnya tentang arti mastatho'tum, yaitu berusaha sekuat tenaga sampai titik maksimalnya.
**
Adalah Syaikh Abdullah Azzam -seorang ulama dan mujahid- pernah mengajarkan simulasi yang menghentak kesadaran murid-muridnya tentang arti mastatho'tum, yaitu berusaha sekuat tenaga sampai titik maksimalnya.
Demi hal tersebut, beliau kemudian mengajak murid-muridnya untuk berlari mengelilingi lapangan. Mulailah Syaikh berlari diikuti murid-muridnya. Satu putaran, dua putaran, tiga putaran, semuanya masih bertahan. Putaran-putaran berikutnya beberapa mulai menyerah, meminta izin untuk istirahat. Namun Syaikh terus berlari, meski beliau pun merasakan lelah mendera tubuhnya. Setelah cukup lama, semua murid menyerah. Tidak ada lagi yang berlari, kecuali Syaikh. Ya, beliau terus berlari dalam kepayahan, hingga tiba-tiba beliau jatuh tersungkur dan pingsan.
Murid-muridnya menggotong dan berusaha menyadarkan beliau. Setelah tersadar, murid-muridnya bertanya, "wahai Syaikh, mengapa engkau melakukan hal tadi?" Sambil tersenyum bijak, beliau berkata, "yang aku lakukan tadi, itulah maksud dari mastataho’tum."
**
Begitulah, Mathar. Seringkali kita memutuskan menyerah dan berhenti berusaha hanya karena sekadar merasa lelah, bukan benar-benar lelah. Padahal ada beda pada keduanya.
Apalagi saat menyadari bahwa kita tertinggal langkah, ah rasa putus asa itu gampang sekali menyergap. Ingin menyusul, tapi seperti tak terkejar. Diam juga hanya akan meninggalkan sesal.
Untuk itu, aku hanya ingin bilang: aku pernah, dan mampu, melewatinya.
Kamu pun.
Saya sedang tertinggal langkah nih... tapi rasa-rasanya setiap orang memiliki langkah yang berbeda.. seharusnya perasaan tertinggal itu tak ada..
BalasHapus*mumet skripsi*
Semangat pitaaa :D
HapusAnw, yg tahu kita ini tertinggal atau tidak ya memang cuma kita sendiri. Hhee...
Bukan tertinggal.. Namun kesempatan untuk memetik hikmah. Pun pernah saya merasa seperti itu. Tapi, ada hikmah yg terasa, jauh hari, setelah hari ketika saya merasa tertinggal.
HapusSetiap orang punya pembelajarannya masing-masing. *Kalem..
Yes, you are absolutely right! (y)
Hapus:)
BalasHapusTeteh Pengeja Langit, itu senyumnya ketinggalan :p
HapusM.A.N.T.A.P
BalasHapusAslinya mantap! Hujan-hujan gini, dengerin instrumen blog ini, tulisan ini. Ah, gila! Tulisan ini secara gak langsung nyindir saya.... Haha....
Lebih-lebih ke saya qef, nonjok abis. Hahaaa... Sok lah, ayo terus lariiii :D
HapusBesok, jangan gugur di awal perjalanan ya. :D
BalasHapusAlhamdulillah, semoga yg saya lakukan kemarin itu termasuk "mastatho’tum" ya... Thanks ary :D
HapusUyeeeeaaahh! *kepal tangan
Hapus