Morning (photo by clk7) |
Hari ini memang tanggal merah. Tapi perburuan menuju surga,
tak mengenal libur. Bahkan kau disuruh tetap berlari ketika yang lainnya enak
menikmati dunia. Kau diperintah bekerja saat selainnya sedang santai
berongkangkaki sembari menyeruput minuman nikmat di teras rumahnya. Kau juga
akan tetap dianjurkan untuk terbangun, ketika orang lain lelap dalam tidur
lalainya. Itu teramat susah. Tapi surga, memang tak diberikan secara gratisan.
Tanggal merah koq tetap bekerja? Apakah dunia begitu
melenakanmu? Belum cukupkah karunia yang Dia berikan? Apakah kau bekerja
sebagai wujud syukur atas potensi yang diberikanNya? Atau sebagai perlombaan
lantaran gengsi? Karena teman sekelasmu dulu sudah punya mobil? Karena teman
kuliahmu dulu sudah bolak-balik tour ke luar negeri? Atau karena tetanggamu
yang baru saja membeli mobil keluaran terbaru berharga milyaran itu?
Siang semakin menjelang. Mentari sudah mulai naik. Panasnya
kian terasa. Hangat yang menghidupkan. Tapi kau masih sibuk dengan kerja
duniamu?
Apakah kau lupa bahwa waktu ini dinamai Dhuha? Ada berkah di
dalamnya. Ada pahala melimpah bagi siapa yang mau. Ada rejeki bagi siapa yang
dikehendakiNya. Tidakkah kau berlomba untuk merayuNya?
Tak ingatkah kau? Dalam Dhuha, terletak sunnah shalat. Dua,
empat, enam, delapan, sepuluh atau dua belas. Dua saja, kau akan dilepaskan
dari predikat orang yang lalai. Jika empat, kau akan dimasukkan ke dalam
kelompok ahli ibadah. Andai bisa enam, maka akan dicukupi semua kebutuhanmu
hari ini. Jika kuasa, dan kau bisa menjalankannya dua belas, maka janjiNya
bahwa dirimu akan diberi rumah kelak di surgaNya. Apakah rumah di sini lebih
kau sukai dibanding rumah abadi di sana kelak?
Diluar itu semua, para ahli Dhuha tak akan pernah merasa
miskin. Kebanyakan mereka adalah yang banyak hartanya. Berkah pula, insyaa
Allah. Jikapun ternyata kau tak dikarunia banyak harta, bukankah ibadah itu
merupakan kekayaan tersendiri? Bukankah dua matamu, jika dijual, akan laku
milyaran rupiah? Maukah? Atau misalnya, kau potong lima jarimu, kemudian melelangnya,
yakinlah kalau akan banyak uang yang kau terima jika lakukan itu. Atau kau
gadaikan nikmat kedipmu dalam sehari ini saja, berapa harta yang akan kau
peroleh? Jika tidak, kumpulkan oksigen jatah nafasmu hari ini, lalu
iklankanlah. Mungkin ada puluhan juta yang bisa kau kantongi.
Dhuha itu syukur. Terima kasih atas semua nikmat yang Dia
limpahkan. Bukankah seluruh tulangmu terdiri dari ruas-ruas yang jumlahnya
sekitar tiga ratus enam puluh? Nah, masing-masing mereka ada hak syukurnya,
karena semuanya ciptaan Allah.Mampukah kau bersyukur untuk semua ruas tulang
itu?
Jika tak mampu, maka lakukan Dhuha dengan sepenuh cinta.
Karena Dhuha-mu, sudah cukup sebagai perlambang syukurmu untuk semua nikmat
itu.
Andai begitu saja tak mampu, masihkan kita mengaku-ngaku
sebagai hambaNya, sementara perintahNya kita ingkari dengan kemalasan?
***
repost dari grup WA. semoga bisa jadi pengingat bagi semua.
Assalamu'alaykum temannya kak Adi... hehe... aduh blog ta' kak romantis sekaliii :)
BalasHapusWa'alaikumsalam istrinya Adi, hehe :D
HapusMasa sih? Pengaruh backsound aja kali :))
kata2nya nampar banget T_T
BalasHapusBanget ya dian T.T
HapusHidup di zaman yang serba terburu-buru... Dan sebaik-baik penegur ketergesaan, salah satunya adalah Dhuha..
BalasHapusnice note...:)
BalasHapus