Langsung ke konten utama

Dalam Diamku

hari ini, tepat satu minggu. ketika kau mengeluhkan kesedihan dan perasaanmu padaku. ketika pada kenyataannya aku pun bersedih, atas apa yang terjadi padamu, juga padaku. tapi ini, sudah satu minggu berlalu. kelabu yang menggantung di langit pikiranmu, masih adakah kawan? 

aku merindukan saat-saat kebersamaan kita. kala kita duduk satu meja, mendengar ceritamu atau sekedar bertemu pandang saja. dengan begitu, masing-masing diri kita sudah cukup lega, walau tak ada satu kata pun yang keluar lewat lisan kita. kau tahu, aku selalu mengerti bahasa tatapanmu.

saat suatu malam kau mengajakku ke pinggir pantai, lalu berkisah tentang hari yang kau lalui. seperti biasanya, aku lebih suka mendengar. sama seperti butiran pasir yang kita duduki, angin malam yang menemani, juga bintang yang menatap kita. dan kau tahu, walau gelap aku masih bisa melihat jelas gurat bahagia di wajahmu saat itu.

atau ketika kita berada di ketinggian dan alam ini terlalu mempesonamu, kau masih sempat berbagi tentang mimpi-mimpimu.  tentang warnanya masing-masing di matamu. dan sekali lagi, aku hanya duduk mendengarkan sambil melemparkan pandangan pada hamparan edelweiss di hadapan kita.

dan kini, setelah satu minggu sejak hari kelabumu, masihkah kau mengizinkanku mendengar lebih banyak ceritamu, kawanku?

maaf, jika aku terlalu sering mendengar saja.
dalam diamku, sungguh aku selalu mengaminkan doamu dan mengharap yang terbaik bagimu.

Komentar

  1. semoga tak ada lagi duka, coba diberi semangat lebih dong... salam...

    BalasHapus
  2. ada kalanya kita ingin di dengar dan adakalanya kita ingin mendengar... kita sendiri yang tahu kapan harus berbuat seperti itu.... tersenyumlahh... :)

    BalasHapus
  3. mbak... bacanya jadi terharu :')
    jangan galau ya mbak, semangat ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama, da

Lantern Festival

kalian pernah nonton film 'Tangled'? pasti tahu kan adegan pas Rapunzel sama Flynn lagi diatas perahu di tengah danau, sementara orang-orang di istana lagi melepaskan ribuan lentera cantik ke atas langit dengan harapan si Putri Rapunzel kembali ke istana. hwaa, sumpah...that's the best scene EVER!! kereen banget >.< pertamanya, gw kira acara 'lepas lentera' kayak gitu cuma ada di kartun doang. ternyata eh ternyata, di dunia nyata ini emang beneran ada lho. bahkan dijadiin festival! *terpukau* ya, namanya Lantern Festival atau yang biasa disebut Festival Lentera. festival ini merupakan acara menerbangkan lentera ke atas langit dengan tujuan mengharapkan hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidup. festival kayak gini digelar di berbagai negara, seperti Cina, Taiwan, Inggris, Thailand, bahkan Indonesia. cuma bentuk kegiatannya aja yang agak beda. kalau di Cina atau Taiwan, festival ini digelar pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tiongk

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***