Langsung ke konten utama

Kopdarnas BLOOF #2 : de Ranch

Pagi itu, setahun yang lalu, saya dan kak Pipi udah siap mau jalan-jalan lagi. Abis sarapan, kami packing terus mengungsi ke kosannya Aisa (orang ketiga yang saya kenal setelah Adi dan Qefy kemarin) yang jaraknya ternyata gak terlalu jauh dari lokasi penginapan. Dan berhubung acara Kopdarnas BLOOF baru dimulai pas sore, artinya kami masih punya waktu beberapa jam. Sambil menunggu kedatangan Mae, akhirnya kami memutuskan pergi ke De Ranch aja yang lumayan deket jaraknya. Kami juga udah janjian sama Ajiw untuk ketemuan langsung di tekape. Aisa gak ikutan karena harus ke kampus pagi itu.


Untuk masuk ke dalam lokasi De Ranch, kami harus bayar 5000 per orang. Tiket masuk bisa ditukar dengan teh atau susu sapi olahan De Ranch. Yah lumayan, dapat minuman gratis. De Ranch sendiri semacam kawasan wisata keluarga yang bernuansa koboy di daerah Lembang. Banyak wahana yang bisa dimainkan, misalnya naik kuda, flying fox, panahan, balon air, dan memancing. Tapi untuk menikmati wahana-wahana tersebut, pengunjung harus merogoh kocek lagi.



Setengah jam pertama, kami berempat masih tahap perkenalan. Oh ya, sekedar info ini pertama kalinya saya dan kak Pipi ketemu sama Ajiw dan Mae. Jadi butuh waktu untuk menyesuaikan frekuensi 'kegilaan' supaya pas. Haha.. Dan terbukti, satu jam kemudian kami udah kayak orang gila aja foto-foto plus lompat-lompat di tengah padang rumputnya De Ranch. Serasa punya sendiri. Dan sampai pulang dari tempat ini, ternyata kami tidak mencoba satu wahana apapun. Ckck..parah! -___-'

Pulang dari de Ranch, petualangan berlanjut...

Komentar

  1. yook kopdar bloof lagi yook... dan aku harus bisa ikutan!

    BalasHapus
  2. Haha.. tgl 25 itu.. ceritanya bakal panjang ya ka yuuuu.. heu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ornamen Matahari

Salah satu contoh Ornamen Matahari di Lapangan Merdeka, Ambon (photo by clk7) Bagi yang pernah berkunjung atau tinggal di Maluku, pasti akrab dengan gambar dan corak seperti gambar di atas. Ya, ornamen tersebut mulai banyak digunakan pada beberapa bangunan maupun produk lokal Maluku, dengan beragam corak dan bentuk. Namun masih banyak orang, bahkan orang Maluku sendiri, yang belum mengetahui makna dan nilai filosofis yang terkandung di balik ornamen tersebut. Ornamen Matahari, dilambangkan sebagai simbol matahari yang di dalamnya memiliki makna simbolis keyakinan, pola pikir, norma, adat istiadat, dan tata nilai masyarakat Maluku, khususnya suku Alifuru di Pulau Seram.  Di masa lalu, ornamen matahari digunakan untuk tanda dekorasi pada tubuh pada saat upacara kakehan (ritual pemanggilan arwah), sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, adat-istiadat dan tata kehidupan alam lingkungan, masyarakat Patasiwa Alifuru. Salah satu bukti bahwa ornamen ini sudah dikenal cukup lama...

Menuju Perut Besar (Gunung Lompobattang)

"Tuhan tidak mempercepat kematian dengan mendaki gunung, dan tidak memperlambat kematian dengan tidak mendaki gunung, Tuhan akan bersama orang-orang yang pemberani" [terpahat di suatu tugu memoriam menuju puncak Lompobattang] *** suatu jum'at bertanggal tiga belas. cerita bermula dari sakau mendaki yang menjadi-jadi, kejutan dari tamu tak diundang, hingga menunggu yang sangat membosankan. waktu terus berdetak dan menjelang gulita segalanya mulai berbalik menyenangkan. konsolidasi antara langit, bintang dan dingin malam itu sukses. saya bahagia! ya, esok hari saya akan kembali mengejar ujung-ujung langit. menuju satu titik lewat pijak payah dan lelah. berdiri sejajar awan, melihat bintang lebih dekat, bebas menghirup dalam-dalam udara tanpa polusi. sensasi luar biasa yang hanya bisa dirasakan ketika menapaki pasak-pasak bumi. ***

Pulau Kodingareng Keke

Bermula dari rasa rindu menatap laut lepas dan galau pengen menginjak pasir pantai, saya nekat merencanakan perjalanan lintas pulau bareng teman-teman. Kali ini cewek semua: kak Pipi, Abel, Awa, Lara, Athifah, Mitha, kak Nunu, Ayi, Nur, Uthy dan saya sendiri. Pokoknya bukan pulau yang jauh, jadi gak perlu menginap. Juga bukan pulau yang rame, biar bebas berekspresi. Dan dari hasil wawancara dan browsing sana-sini, akhirnya pulau Kodingareng Keke-lah yang ditetapkan menjadi destinasi perjalanan 'nekat' ini. Jam tujuh pagi, kami bersebelas janjian ngumpul di dermaga penyeberangan Kayu Bangkoa, sekitar pantai Losari. Untuk bisa sampai kempulau Kodinagreng Keke, kami harus menyewa kapal dari sini. Harga sewa kapal tergantung kesepakatan dengan pemiliknya. Kemampuan harus total kita keluarkan biar bisa dikasih harga murah. Untuk urusan ini, saya serahkan ke kak Pipi dan Mitha. Saya hanya membantu seperlunya. Oke, setelah proses tawar-menawar yang panjang karena pake adegan ...